Ekstrasi Pati Daging Buah Kelapa Dengan Metode Pengadukan

 

BAB III

METODE

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan, Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Papua, Manokwari. Praktikum ini berlangsung pada hari atau tanggal; rabu, 02 November, 2022, jam 10.20 – 12.50 selesai.


3.2. Alat Dan Bahan


Peralatan yang digunakan saat peraktikum berlangsung adalah wadah plastik, timbangan, baskom, sendok, wajang/kuali, kompor, sendo sayur, dan sebagainya. Sedangkan bahan yang digunakan adalah parutan daging buah kelapa.


3.3. Metode Praktikum


Metode yang digunakan dalam peraktikum ini adalah metode pengadukan, pemerasan dan pengendapan.


3.4. Proedur Kerja


 Prosedur kerja yang dilakukan dalam peraktikum Ekstrasi Pati Daging Buah Kelapa Dengan Metode Pengadukan  ini adalah sebagai beriut;

  1. Siapkan alat dan bahan
  2. Masukan santan dalam baskom  lalu ditimbang
  3. Masukan santan dalam baskom lalu ditimbang
  4. Direndam beberapa saat lalu diperas
  5. Diaduk menggunakan mixer kemudian disaring
  6. Dibiarkan mengendap sampai  minyak empulur dan air terpisah lalu ambil minyaknya
  7. Pemasakan minyak lalu saring minyak dan ditimbang
  8. Sesuda itu amati warna, aroma dan rendemen.


3.5.Variabel Pengamatan


Variabel yang dapat diamati dalam peraktikum ini adalah warna, aroma dan rendemen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil


Hasil yang diperoleh dari peraktikum Ekstrasi Pati Daging Buah Kelapa Dengan Metode Pengadukan  adalah dapat dilihat pada tabel hasil pengamat sebagai berikut;

kelompok

bahan baku

variabel pengamatan

waarna

aroma

rendemen

1

Minyak  vco

keruh

khas kelapa

24,29

2

Minyak  vco

kekuningan

khas kelapa

14,29

Perhitungan rendemen minyak vco dapat dilakukan dengan cara berat minyak VCO akhir dibagi dengan berat sampel awal yaitu persamaannya adalah sebagai berikut.


Berat awal = 350 kg, berat akhir minyak VCO kelopok 1 = 85 kg, sedangkan berat akhir minyak VCO kelompok 2 = 50 kg


Maka rendemen  = berat akhir/berat awal X 100


Rendemen =85/350 X 100 = 24,24  hasil dari kalompok 1   

rendemen = 50/350 X 100 = 14,28  hasil dari kelompok 2.


4.2.  Pembahasan


Dengan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat membahas bahwa kelompok 1 memperoleh hasil yaitu warna minyak VCO keruh, aromanya khas kelapa dan rendemen hasil minyak VCO adalah 24,28%. Dan kelompok 2 memperoleh hasil warna minyak VCOnya adalah kekuningan, aromanya khas kelapa dan rendemennya adalah 14,28. Dengan berdasarkan itu perbedaan terjadi pada warna minyak VCO hal ini mungkin disebabkan karena lambat dan cepatnya proses pemasakan minyak saat peraktikum berlangsung. Karena jika minyak VCO yang dimasak dengan cepat mengunakan suhu kompor yang tidak terlalu tinggi sehhingga dapat menghasilkan warna minyak VCO-nya adalah keruh. Sedangkan minyak VCO yang dimasak dengan mengunakan suhu kompor yang sama tetapi sedikit lama proses pemasakannya maka dapat menghasilkan warna VCO-nya adalah kuning kecoklatan, kuning keruh dan bahkan dapat menghasilkan warna kekuningan.


Perbedaan warna terjadi pada minyak VCO yang diamati hal ini mungkin disebabkan karena kemungkinan kesalahan terjadi saat pemasakan minyak VCO. Namun jika bandingkan dengan sifat kimia dan fisik  minyak kelapa murni menurut (Darmoyuwono, 2006). Bahwa minya kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain organo leptis (tidak berwarna dan berbentuk kristal seperti jarum dan bau (ada sedikit berbau asam ditambah bau caramel). Kelarutan dari VCO yaitu tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1). pH VCO tidak terukur, karena tidak larut dalam air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka  dipastikan memiliki pH di bawah 7. Berat jenis 0,883 pada suhu 20⁰C. Persentase penguapan yaitu VCO tidak menguap pada suhu 21⁰C (0%).  Titik cair 20-25⁰C, titik didih : 225⁰C, dan kerapatan udara (Udara = 1): 6,91. Tekanan uap (mmHg) yaitu 1 pada suhu 121⁰C (Darmoyuwono, 2006).


Jika melakukan perbandingan antara data hasil pengamatan yang diperoleh dengan sifat kimia, fisik menurut (Darmoyuwono, 2006). Dan juga standar nasional indonesia sangat berbeda jauh karena variabe yang diamati saat proses pembuatan minyak VCO adalah hanya tiga (3) varibel saja yaitu warna, aroma dan rendemen minyak VCO. Sedangkan menurut (Darwoyuwono 2006). Variabel yang diamati adalah aroma, kadar air, kadar asam lemak jenuh dan lainnya. Begitu pula jika bandingkan dengan SNI. Karena SNI adalah dimana suatu produk yang sudah dipersyaratkan karena sudah melalui beberapa tahapan  proses untuk memenuhi syarat mutuh yang baik dan elayakan untuk konsumen. Sehingga sangatla jauh untuk membandingkan dengan hasil pengamatan yang peroleh.


SNI merupakan standar yang berlaku secara nasional di wilayah Indonesia.Standar ini ditetapkan oleh pemerintah untuk diterapkan pada berbagai hasil produksi yang dibuat oleh masyarakat, baik produksi perorangan maupun organisasi atau perusahaan. Berdasarkan SNI VCO, syarat mutu, cara uji, pengambilan contoh, higiene dan minyak VCO ditetapkan sebagai standar mutu. Syarat mutu kadar air dalam VCO berdasarkan SNI: 7381-2008, 0.2%. Kadar air yang melebihi 0.2% dapat menurunkan kualitas minyak.VCO dengan kualitas baik ditandai dengan daya simpan melebihi 12 bulan, tidak mengubah warna, aroma, rasa dan nutrisi yang terkandung didalamnya.


 

 

BAB V

KESIMPULAN 


5.1. Kesimpulan


Dengan berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa proses ekstraksi pati daging buah kelapa yang dilakukan oleh kelompok 1 dapat memperoleh hasil warna vco yang dihasilkan adalah keruh, dan aromanya adalah khas kelapa serta rendemen minyak vco yang dihasilkan adalah 24,28 gram. Sedangkan ekstraksi pati daaging buah kelapa yang dilakukan oleh kelompok 2 dapat memperoleh hasil yaitu warna kekuningan, aroma khas kelapa dan rendemennya adalah 14,28. Perbedaan warna bisa terjadi pada warna minyak vco yang dihasilkan karena kemungkinan kesalahan terjadi saat pemasakan minyak vco dan ampas daging buah kelapa.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama