UJI KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA MADU

 BAB. I

PENDAHULUAN 

  1. Latar Belakang 


Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah. Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang ini, madu telah dikenal sebagai salah satu bahan makanan atau minuman alami yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Madu memiliki manfaat dalam berbagai aspek, antara lain dari segi pangan, kesehatan dan kecantikan. Madu sering digunakan sebagai bahan pemanis, penyedap makanan dan campuran saat mengkonsumsi minuman. Selain itu, madu sering pula digunakan untuk obatobatan. Madu merupakan salah satu obat tradisional tertua yang dianggap penting untuk pengobatan penyakit pernafasan, infeksi saluran pencernaan dan bermacam-macam penyakit lainnya. Madu juga dapat digunakan secara rutin untuk membalut luka, luka bakar dan borok di kulit untuk mengurangi sakit dan bau dengan cepat (Mulu et.al, 2004), serta dapat digunakan untuk menghilangkan rasa lelah dan letih. Dari segi kecantikan, madu dapat pula digunakan untuk menghaluskan kulit, serta pertumbuhan rambut (Purbaya, 2002 dan Murtidjo, 1991 dalam Ratnayani dkk., 2008). 


Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Sejumlah mineral yang terdapat dalam madu seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin, seperti vitamin E dan vitamin C serta vitamin B1, B2 dan B6 (Winarno, 1982 dalam Ratnayani dkk., 2008). Selain itu madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk melawan bakteri patogen penyebab penyakit infeksi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan penyakit atau infeksi dapat dihambat oleh madu (Molan, 1992 dalam Anonim, 1998).


Menurut Mundo et al. (2004), madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus. Hal ini terlihat dari zona penghambatan yang dihasilkan oleh madu yang diberikan pada media yang telah ditanam bakteribakteri tersebut. Selain itu, madu juga dapat menghambat kerusakan daging kalkun kemas yang telah dilakukan oleh Antony et al. (2006). Dengan menambahkan madu dalam konsentrasi tertentu, potongan daging kalkun kemas memiliki umur simpan yang lebih lama daripada potongan daging kalkun kemas tanpa penambahan madu. Dari kedua hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa madu dapat berfungsi sebagai antibakteri. 


Produksi dan tipe madu yang dihasilkan oleh lebah madu tergantung pada bunga vegetatif alami yang berbunga pada musim yang berbeda. Jadi, bunga dari nektar yang dikumpulkan lebah untuk menghasilkan madu juga akan memberikan pengaruh yang berbeda pada aktivitas antibakteri pada madu. Hal ini telah dibuktikan oleh Taormina et al. (2001) yang menggunakan enam jenis madu yang berbeda antara lain Chinaso buckwheat, Montana buckwheat, Blueberry, Avocado, Safflower dan Clover. Dari keenam jenis madu tersebut memberikan aktivitas antibakteri yang berbeda terhadap penghambatan bakteri yang diujikan.


 Di Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora yang menjadi sumber nektarnya (Suranto, 2007). Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama. Madu ini biasanya dinamakan berdasarkan sumber nektarnya, seperti madu kelengkeng, madu rambutan dan madu randu. Madu monoflora mempunyai wangi, warna dan rasa yang spesifik sesuai dengan sumbernya. Sedangkan jenis yang lain yaitu madu poliflora. Madu poliflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga. Madu ini biasanya berasal dari hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar. Dari beberapa jenis madu yang berbeda sumber nektarnya ini dimungkinkan akan memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda pula. Sumber nektar yang berbeda akan mempengaruhi sifat madu yang dihasilkan oleh lebah, diantaranya dari segi warna, rasa, dan komponen madu. 


  1. Tujuan dan Manfaat


Praktkum ini bertujuan untuk Menganalisa dan mengidentifikasi kualitas madu. Sedangkan manfaatnya adalah dapat memperoleh Pengetahuan akan kualitas madu yang baik.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Terdapat beberapa perbedaan antara madu ternak dan madu hutan. Menurut Anonim ( 2007) perbedaan itu diantaranya adalah :

  1. Jenis lebah Lebah

 madu hutan dari jenis Apis dorsata sedangkan madu ternak dari jenis Apis cerana atau Apis melifera. Sehingga jenis sarang yang dihasilkan juga berbeda. Sarang tersebut menempati jenis tanaman yang berbeda, sehingga nektar yang akan dihisap oleh lebah.

  1. Perlakuan

Madu hutan didapat dari jenis lebah liar yang sampai saat ini belum bisa ditangkarkan, sedangkan madu ternak berasal dari madu yang telah ditangkarkan. 

  1. Kadar air 

Karena lebah hutan membuat sarang di tempat terbuka (batang pohon, batu karang), sehingga sarang lebah hutan lebih terpengaruh oleh perubahan musim dibanding sarang lebah ternak yang berada di dalam kotak. Kadar air madu hutan sekitar 24% sedangkan kadar air madu ternak sekitar 21%.


Madu mempunyai banyak keunggulan karena karakteristiknya. Karakteristik fisiK madu menurut Suranto (2007) adalah sebagai berikut :

  1. Kekentalan (viskositas) 

Madu yang baru diekstrak berbentuk cairan kental. Kekentalannya tergantung dari komposisi madu, terutama kandungan airnya. Bila suhu madu meningkat, kekentalan madu akan menurun.

B. Kepadatan (densitas)

Madu memiliki ciri khas yaitu kepadatannya akan mengikuti gaya gravitasi sesuai berat jenis. Bagian madu yang kaya akan air (densitasnya rendah) akan berada di atas bagian madu yang lebih padat dan kental. Oleh karena itulah, madu yang disimpan terlihat memiliki lapisan. 

  1. Tegangan permukaan (surface tension)

      Madu memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga sering digunakan sebagai campuran kosmetik. Tegangan permukaan madu bervariasi tergantung sumber nektarnya dan berhubungan dengan kandungan zat koloid. Sifat tegangan permukaan yang rendah dan kekentalan yang tinggi membuat madu memiliki ciri khas membentuk busa..

  1. Suhu 

Madu memiliki sifat lambat menyerap suhu lingkungan yang tergantung dari komposisi dan derajat pengkristalannya. Dengan sifat yang mampu menghantarkan panas dan kekentalan yang tinggi menyebabkan madu mudah mengalami overheating (kelebihan panas) sehingga pengadukan dan pemanasan madu harus dilakukan secara hati-hati.

  1. Warna 

     Warna madu bervariasi dari transparan hingga tidak berwarna seperti air dan dari warna terang hingga hitam. Warna dasar madu adalah kuning kecoklatan seperti gula karamel. Warna madu dipengaruhi oleh sumber nektar, usia madu, dan penyimpanan. Madu yang berasal dari pengumpulan nektar dengan proses yang cepat akan berwarna lebih terang daripada yang prosesnya lambat. Warna madu juga ditentukan oleh subspesies lebah dan kualitas sarang. Adapun bening tidaknya madu ditentukan oleh partikel yang tercampur, misalnya ada tidaknya pollen. Pada madu yang mengkristal, akan terjadi perubahan warna madu menjadi lebih terang akibat putihnya kristal glukosa yang dikandungnya. Dalam dunia industri, warna madu menentukan harga dan kegunaannya. Misalnya madu yang berwarna gelap lebih sering digunakan untuk industri, sedangkan madu berwarna terang banyak dipilih sebagai makanan atau minuman.


Pseudomonas sp.

 Mikroorganisme tersebar luas di alam lingkungan, dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme di dalam atau pada makanan dapat mengakibatkan berbagai perubahan fisik maupun kimiawi yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi lagi. Apabila hal ini terjadi, produk pangan tersebut dinyatakan sebagai bahan pangan yang busuk (Buckle et al., 1985). Pembusukan makanan oleh bakteri terjadi sebagai konsekuensi pertumbuhan bakteri pada makanan atau pelepasan enzim intra dan ekstra seluler (mengikuti kerusakan sel) pada lingkungan makanan. Salah satu bakteri yang berkaitan dengan pembusukan makanan adalah Pseudomonas. Selain itu bakteri yang juga berperan dalam pembusukan makanan antara lain Aeromonas sp., Alcaligenes faecalis, Aspergillus niger.


BAB III

METODE PRAKTIKUM

  1. Tempat Dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di rumah Jalan Reremi-Puncak Manokwari, Papua Barat. Dan Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 08 Desember 2020 Sampai minggu, 13 Desember 2020.


  1. Bahan Dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air mineral aqua, roti 2 lembar, madu kemasan botol TJ dan Madu rasa saset 3 bungkus. Dan peralatan yang digunakan adalah piring 2 buah, 2 sendok makan.


  1. Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah;

1. Uji visikositas madu Tj dan madurasa;

  • Siapkan madu merek Tj dan madu rasa
  • Ambil sebanyak 2 sendok makan dari masing masing merek madu tersebut lalu dituangkan masing masing kedalam piring
  • Tambahkan air sebanyak 4 sendok makan di kedua piring tersebut
  • Goyangkan ke kiri dan kanan
  • Amati perubahan
2. UjI mikrobiologi madu Tj dan madu rasa
  • Siapkan Madu Tj dan madu rasa dan dua lembar roti tawar

  • Kedua roti tawar di oles dengan madu Tj dan madu rasa dengan takaran 2 sendok makan di setiap lembar roti
  • Dikemas dalam plastik transparan lalu di simpan
  • Lakukan pengamatan setelah 30 menit, 60 menit, 24 jam, 3 hari dan 6 hari.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



Madu adalah cairan manis yang berasal dari nektar tanaman yang diproses oleh lebah menjadi madu dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah Mulu et.al, 2004).


Madu TJ merupakan madu pilihan, madu ini dihasilkan dari lebah pagi yang fresh dan dipanen saat madu matang. Kualitas madu TJ sangat terjamin, memiliki rasa lezat dan khasiat yang luar biasa. Produk Madu TJ tersedia dalam 2 varian yaitu, Madu TJ Murni dan Madu TJ Super. Madu TJ kaya dengan kandungan vitamin dan enzim yang lengkap yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh kita. Produk ini bisa menjaga stamina tubuh, mencegah panas dalam dan sariawan, juga sebagai asupan gizi.


Dalam praktikum ini merek madu yang digunakan untuk menguji viskositas dan mikrobiologi adalah madu merek TJ dan Madurasa. Pada tahap pertama dalam menguji viskositas., kedua merek madu di tuang dengan 2 sendok makan kedalam piring dengan ditambahkannya air masing-masing 4 sendok makan. Setelah air dan madu di campur langkah selanjutnya digoyangkan kekiri dan kanan sampai kedua merek madu menunjukan penampakan seperti sarang lebah. Dari pengujian viskositas ini penampakan yang diperlihatkan adalah kedua merek madu menunjukan penampakan seperti sarang lebah.


Sedangkan pada pengujian mikrobiologi, untuk mengetahui tekstur, penampakan dan pertumbuhan jamur media yang digunakan adalah 2 lembar roti. Kedua lembar roti dioleskan dengan 2 jenis madu yang mau diuji dan disimpan dalam kemasan plastik transparan selama kurang lebih 6 hari. Pengamatan dilakukan mulai dari 30 menit awal, setelah 60 menit, 24 jam, 3 hari dan setelah 6 hari.


Dari hasil pengamatan tektur dan penampakan  yang dilakukan  adalah ;

Dari segi tekstur media roti yang dioles kedua jenis madu pada awal penyimpanan (30 menit) masih keras lunak namun sampai pada hari ke-6 teksturnya suda semakin lunak dan pada madu jenis madurasa teksturnya lebih lunak . Bedasarkan teori dasar Madu memiliki sifat lambat menyerap suhu lingkungan yang tergantung dari komposisi dan derajat pengkristalannya. Dengan sifat yang mampu menghantarkan panas dan kekentalan yang tinggi menyebabkan madu mudah mengalami overheating (kelebihan panas) sehingga pengadukan dan pemanasan madu harus dilakukan secara hati-hati.


Sedangkan pada penampakan media roti yang digunakan pada awal 30 menit sampai hari 3 jamur belum nampak. Namun, pada hari hari ke-6 media roti menunjukan sedikit adanya pertumbuhan jamur. Hal ini ditunjukan dengan adanya permukaan media roti yang lunak dan adanya warna putih padat. Hal ini desebabkan karena adanya kekentalan ke dua jenis madu yang mencair akibat lambatnya menyerap suhu lingkungan yang ada.




BAB V

PENUTUP

Kesimpulan 


Dari praktikum yang dilakukan  dapat diambil kesimpulan bahwa; kedua merek madu jenis TJ dan madu rasa memiliki kualitas yang masih baik selamah penyimpan dengan plastik transparan sampai pada hari ke-3 namun, pada hari ke-6 kulitas tekstur dan penampakan madu nya mulai rusak. 


Saran

Saat Praktikum ini dilakukan, proses penyimpanan dilakukan agak susah karena serangga seperti semut muda masuk dalam media yang dioles dengan madu. Sehingga sangat diharapkan agar praktikan berikutnya dapat melakukan praktikum dengan baik agar hasil  pengujian viskositas dan mikrobiologi di peroleh dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA


  1. https://www.fimela.com/parenting/read/3715829/madu-tj-madu-pilhan-lezat-dan-bermanfaat#:~:text=Madu%20TJ%20merupakan%20madu%20pilihan,dan%20dipanen%20saat%20madu%20matang.&text=Madu%20TJ%20kaya%20dengan%20kandungan,sariawan%2C%20juga%20sebagai%20asupan%20gizi.
  2. http://scholar.unand.ac.id/33423/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
  3. http://e-journal.uajy.ac.id/6615/2/MM101932.pdf
  4. http://eprints.umm.ac.id/45590/2/BAB%20I.pdf

Note: disusun Oleh; Irio Wenda sebagai laporan praktikum selama kulia di universitas Papua, Manokwari, Papua Barat.

Post a Comment

Previous Post Next Post