Laporan Praktikum: Pembuatan Roti Manis


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Backing (pemanganan) merupakan salah satuh teknik pemasakan makanan dengan penggunaan panas  secara konveksi. Panas kering dalam  proses backing mengubah bentuk patih dalam  makanan  dan menyebabkan permukaan luarnya menjadi coklat dan memberikan penampilan yang menarik berupa warna yang kecoklatan disebabkan oleh karamelisasi gula dan reaksi maillard. Hal ini sering suatu keuntungan, terutama dalam situasi dmana pengeringan adalah hasil yang diinginkan. Misalnya dalam backing (pemanganan) roti. Variasi dalam oven, bahan – bahan dan resep yang digunakan dalam pembakaran roti menghasilkan berbagai roti yang diproduksi.


Baca juga :


Roti manis adalah roti yang mempunyai rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk dan umumnya dapat ditambahkan bermacam isi (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Produk yang direncanakan akan diproduksi ada 3 macam yaitu roti tanpa isi, roti kismis dan roti dengan isi coklat, keju dan selai blueberry. Pemilihan isi dari roti manis tersebut dikarenakan mudah didapat dan mempunyai warna yang menarik sehingga disukai oleh masyarakat baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Keunggulan roti manis adalah berasa manis apabila dibandingkan dengan roti tawar serta lebih praktis karena penyajiannya mudah, bentuknya kecil sehingga dapat dengan mudah dibawa kemana-mana.


Roti adalah sejenis makanan yang bahan dasar adalah tepung terigu dan air yang umumnya difermentasikan oleh ragi. Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia membuat roti dengan berbagai bahan tambahan seperti gula, garam, mentega dan telur yang bertujuan untuk menambah cita rasa, tekstur, warna dan aroma tertentu.


Secara umum tahapan pembuatan roti dilakukan dengan cara pencampuran adonan, fermentasi dan pemanganan dalam oven. Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah proses biologis yang disebut fermentasi yang dilakukan oleh ragi roti (khamir). Khamir merupakan komponen utama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa – senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan.

Tujuan

Tujuan dari praktikum yang dilakukan  adalah;

Ø Menentukan karakteristik tepung

Ø Mengetahui pengaruh jenis tepung dan lama waktu fermentasi terhadap larakteristik produk roti yang dihasilkan.

Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari paktikum yang dilakukan ini adalah;

Ø  Mengetahui karakteristik tepung

Ø  Mengetahui pengaruh dan waktu fermentasi pada produk roti manis yang dihasilkan.

 

BAB II

Tinjauan pustaka

Pengertian Roti

Roti merupakan produk pangan berbahan dasar tepung terigu yang di fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan cara dipanggang (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).  Roti termasuk dalam salah satu produk bioteknologi konvensional karena adanya proses fermentasi yang memanfaatkan mikroorganisme (Mudjajanto dan Yulianti, 2007).

Roti dibuat melalui dua proses yaitu pembuatan dan pemanggangan, dimana keduanya sangat penting dalam menentukan mutu produk akhir dari roti. Jenis roti ada berbagai macam yaitu roti kukus, roti panggang, dan roti goreng. Roti tawar dan roti manis merupakan jenis roti yang dipanggang (Suprapti, 2003).

Zat gizi yang terdapat didalam roti yaitu β-karoten, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, serta sejumlah mineral berupa zat besi, iodium, kalsium dan sebagainya. Roti juga diperkaya dengan asam amino tertentu untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh. Kandungan protein yang terdapat dalam roti mencapai 9,7%, lebih tinggi dibandingkan nasi yang hanya 7,8% (Jenie, 1993).

Hampir semua jenis roti dibuat dengan proses yang sama yaitu pencampuran (mixing), fermentasi, pembentukan (proofing), pengempesan (sheeting), pencetakan (molding), pemanggangan (baking), penurunan suhu (cooling), dan (terkadang) pengirisan (slicing) (Zhou dan Hui, 2004).

Bahan Baku Roti

Secara umum Bahan baku untuk pembuatan roti terdiri dari  tepung terigu, ragi, gula, telur, garam (NaCl), air, susu, dan mentega (Auliana, 2009).

Tepung

Salah satu bahan utama pembuat roti yaitu tepung terigu. Tepung yang digunakan dalam pembuatan roti merupakan tepung yang mengandung protein tinggi sebesar 11-13% protein. Protein dalam tepung terigu sangat bermanfaat dalam pembuatan roti karena dapat memberikan sifat mudah dicampur, difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan mudah digiling.

Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah, kering, tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit, tidak berbau asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari serangga tikus, kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Kadar protein tepung terigu dan kadar abu merupakan hal utama yang harus dipertimbangkan. Kadar protein mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan.

Bahan dasar tepung yang biasa digunakan adalah gandum dan jagung. Dalam pembuatan roti disarankan menggunakan tepung gandum guna menghasilkan pengembangan roti yang lebih baik karena beberapa jenis protein dalam gandum akan menghasilkan glutein jika dicampur dengan air. Senyawa ini berguna dalam proses pengembangan roti. Jaringan sel-sel ini juga cukup kuat untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak mengempis kembali.

Berdasarkan kandungan glutein (protein), tepung terigu yang terdapat dipasaran yaitu tepung terigu protein tinggi, tepung terigu protein sedang, dan tepung terigu protei rendah. Pati merupakan komponen terbanyak dalam tepung terigu yaitu sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa dalam pati sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 560C-620C (Astawan, 2008). Nilai kalori tepung terigu per 100 gram bahan yaitu 340 kal (Kent, 1983).

Ragi atau Yeast

Ragi/yeast merupakan mikroorganisme atau suatu mahkluk hidup berukuran kecil, pada umumnya yaitu jenis Saccharomyces cerevisiae yang biasa dimanfaatkan dalam pembuatan roti. Ragi berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi gas CO2, serta sebagai pelunak glutein dengan asam yang dihasilkan, pemberi rasa dan aroma.

Jenis-jenis ragi yang terdapat dipasaran yaitu ragi tape berbentuk bulat pipih berwarna putih, ragi roti berbentuk butiran, dan ragi tempe berbentuk bubuk. Saccharomyces cerevisiae berasal dari kata Saccharo yang berarti gula, myces yang berarti makan, dan cerevisae yang berarti berkembang biak, sehingga ragi roti merupakan spesies yang hidup dalam berkembang biak dengan memakan gula. Enzim ragi yang disebut zymase dan karbon dioksida. Prosesnya biasa disebut fermentasi alkohol (Lange, 2004).

Gula

           Gula yang digunakan dalam proses pembuatan roti umumnya adalah gula sukrosa (gula pasir) yang berasal dari tebu atau beet (Wahyudi, 2003). Menurut Wahyudi (2003) gula sukrosa (gula pasir) yang biasa digunakan dalam pembuatan roti dapat berbentuk kristal maupun berbentuk tepung, Penggunaan gula pada roti  manis memiliki tujuan seperti:

a. Menyediakan makananan untuk ragi (yeast) dalam fermentasi,

b. Memperbaiki tekstur produk,

c. Membantu memepertahankan air sehingga memperpanjang kesegaran,

d. Menghasilkan kulit (crust) yang baik, dan

e. Menambah nilai nutrisi pada produk.

Sukrosa merupakan disakarida yang tersusun atas sebuah Dglucopyranosil dan D-fructofuranosil yang berikatan antar ujung reduksinya. Sukrosa tidak memiliki ujung pereduksi sehingga termasuk dalam gula non pereduksi. Sukrosa (C12H22O11) bersifat mudah larut dalam air dan sedikit higroskopis, sehingga semakin tinggi suhu kelarutan semakin besar (Tirtowinata, 2006).

Pada proses pembuatan roti, gula berfungsi sebagai makanan ragi (yeast) untuk membantu jalannya proses fermentasi sehingga adonan roti dapat mengembang. Gula juga memberi rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma karena proses karamelisasi dan reaksi Maillard (khususnya gula reduksi) selama pemanggangan. Akan tetapi gula lebih banyak dimanfaatkan dalam pembuatan biskuit dan kue, dimana selain memberikan rasa manis gula juga mempengaruhi tekstur (Winarno, 2004).

Telur

Telur dalam pembuatan roti berfungsi membentuk suatu kerangka yang bertugas sebagai pembentuk struktur. Telur dapat memberikan pengaruh pada warna, rasa, dan melembutkan tekstur roti dengan daya emulsi dari lesitin yang terdapat pada kuning telur. Telur juga berfungsi sebagai pelembut dan pengikat. Fungsi lainnya adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara pada saat adonan dikocok sehingga udara menyebar rata pada adonan (Astawan, 2008). Telur berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi, memberikan rasa yang lebih enak dan membantu untuk memperlemas jaringan zat glutein karena adanya lesitin dalam telur yang menghasilkan roti menjadi lebih empuk dan lemas (Koswara, 2009).

Telur merupakan sumber zat protein hewani yang bergizi tinggi. Fungsi telur sebagai pengental, perekat atau pengikat dalam pengolahan pangan (Tarwotjo, 1998). Penggunaan kuning telur dapat memberikan tekstur yang lembut pada roti dimana kuning telur mengandung lesitin (emulsifier). Kuning telur memiliki bentuk yang padat dan kadar airnya sekitar 50% sedangkan putih telur kadar airnya 86%. Nilai kalori pada kuning telur yang digunakan dalam pembuatan roti yaitu 361 kkal (Bennion, 1980).

Garam (NaCl)

Garam dapur (NaCl) sering kali dimanfaatkan dalam industri pangan. Penggunaan garam dengan jumlah yang sedikit berfungsi sebagai pembentuk cita rasa, sedangkan dalam jumlah yang cukup banyak berperan sebagai pengawet. Garam mengalami peristiwa hidrasi ion dimana garam akan terionisasi dan menarik sejumlah molekul air. Semakin besar konsentrasi garam, maka semakin banyak ion hidrat dan molekul air yang terjerat sehingga menyebabkan aktivitas air (aw) bahan pangan menurun (Winarno, 2004). Garam juga digunakan sebagai bahan pengawet. Menurut Pereira (2013) garam pada pembuatan roti harus memenuhi kriteria yang baik yaitu bersih (bebas dari bahan-bahan yang tidak dapat larut), halus, tidak bergumpal, dan  mudah larut saat diolah.

Air

Air yang digunakan dalam pembuatan roti biasanya adalah air es. Air berperan penting dalam pembentukan adonan karena dapat mengontrol kepadatan dan suhu adonan. Air memiliki fungsi sebagai pelarut garam, penyebar dan pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam dan memungkinkan adanya aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Air dapat mempengaruhi penampilan bahan pangan, seperti tekstur, warna, dan cita rasa. Kandungan air dalam bahan makanan juga menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan makanan (Ningrum, 2006). 

Susu

 Penggunaan susu untuk produk bakery berfungsi membentuk flavor, mengikat air, sebagai bahan pengisi, membentuk struktur yang kuat karena adanya protein berupa kasein, membentuk warna karena terjadi reaksi pencoklatan dan menambah keempukan karena adanya laktosa (Koswara, 2009). Keutamaan susu yaitu meningkatkan nilai gizi. Susu mengandung protein (kasein), gula laktosa dan mineral kalsium. Susu juga memberikan efek terhadap kulit roti dan memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya (U.S. Wheat Associates, 1983). Susu bentuk bubuk adalah susu yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat roti (Eko dan Eirry, 2007). Hal ini dikarenakan susu bubuk memiliki masa simpan yang lebih panjang. Susu cair UHT juga dapat digunakan dalam pembuatan roti. Kandungan gizi susu bubuk per 100 gram adalah 509 kkal (Mahmud, 2005), sedangkan kandungan kalori susu cair UHT yaitu 150 kkal (Prastiwi, 2015). 

Mentega

 Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis atau yang asam. Mentega dari lemak yang asam memiliki citarasa yang kuat. Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat dimasamkan dengan penambahan pupukan murni bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang telah dipasteurisasikan, sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi (Winarno,2004).

Mentega berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti, memperbaiki daya iris roti, melunakkan kulit roti, dan dapat menahan air sehingga umur simpan lebih lama. Selain itu lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan membantu pengembangan susunan fisik roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Menurut Ardiman (2014) mentega merupakan sumber biokalori yang cukup tinggi nilai kilokalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap gramnya.

Prinsip Pembuatan Roti

Menurut Koswara (2009) secara garis besar prinsip pembuatan roti terdiri dari pencampuran (mixing), peragian, pembentukan, dan pemanggangan. Tujuan pencampuran adalah membuat dan mengembangkan sifat daya rekat, gluten tidak ada dalam tepung. Tepung mengandung protein dan sebagian besar protein akan mengambil bentuk yang disebut gluten bila protein itu dibahasi, diaduk-aduk, ditarik, dan diremas. Tujuan peragian (fermentasi) adonan adalah untuk pematangan adonan sehingga mudah ditangani dan menghasilkan produk bermutu baik, serta berperan dalam pembentukan cita rasa roti. Pada tahap pembentukan secara berurutan adonan dibagi dan dibulatkan, diistirahatkan, dibentuk, dimasukkan kedalam loyang dan fermentasi akhir sebelum dipanggang. Sedangkan pada proses pemanggangan dilakukan pada suhu sekitar 180°C yang pada akhir pembakaran terjadi pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust terjadi sebagai hasil reaksi Maillard dan karamelisasi gula.

Pencampuran (mixing) 

 Setiap tahap pembuatan roti ini memiliki fungsi masing-masing. Fungsi dari pencampuran adalah menghomogenkan semua bahan, membentuk dan melunakkan glutein, mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, serta menahan gas pada glutein. Pencampuran harus tetap dilakukan hingga glutein berkembang dan air menyerap secara optimal.

Proses pencampuran tidak boleh terlalu lama karena akan merusak susunan glutein, adonan menjadi panas, dan proses fermentasi semakin lambat. Proses mixing tergantung pada alat yang digunakan, kecepatan pencampuran, penyerapan air dari glutein, formula dan masa peragian, dan jenis roti yang diinginkan. Waktu mixing umumnya selama 8-10 menit atau 10-12 menit dengan mixer roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Peragian 

  Tahap kedua yaitu peragian. Tahap ini penting dalam pembuatan roti dimana terjadinya pembentukan volume dan rasa. Fermentasi sangat dipengaruhi oleh suhu pembuatan dan kelembaban udara. Kondisi yang baik saat fermentasi adonan roti yaitu dengan kelembaban udara 75% dan suhu ruangan 35°C. Semakin panas suhu ruangan, semakin cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Namun sebaliknya, semakin dingin suhu ruangan semakin lama proses fermentasinya. Selama peragian, adonan menjadi lebih besar dan ringan. Pada adonan langsung, adonan perlu sekali dilipar, ditusuk, atau dipukul 1-2 kali selama peragian dan pada akhir peragian. Pemukulan dilakukan agar suhu adonan rata, gas CO2 hilang, dan udara segar tertarik kedalam adonan sehingga rasa asam pada roti dapat hilang. Jika terlalu banyak pukulan, gas yang keluar dari adonan terlalu banyak sehingga roti tidak mengembang (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Enzim β-amilase secara normal terdapat dalam terigu membantu pemecahan pati menjadi maltosa, senyawa yang akan digunakan oleh ragi untuk membentuk gas karbon dioksida dan etanol (Winarno, 2004).

Pembentukan 

 Tahap pembentukan terdiri dari pengadonan dan pencetakan. Pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian digiling atau dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat penggilingan, gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga mudah untuk digulung atau dibentuk (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Pengadonan yang berlebihan akan merusak susunan glutein, adonan akan panas dan peragiannya akan lambat. Adonan tersebut akan menghasilkan roti yang pertambahan volumenya sangat buruk dan juga rotinya akan mempunyai remah pada bagian dalam. Pengadonan yang kurang akan menyebabkan adonan menjadi kurang elastis (Wheat Associates, 1983). 

Agar roti sesuai dengan besarnya cetakan atau berdasarkan bentuk yang diinginkan, adonan perlu ditimbang. Sebelum ditimbang, adonan dipotong-potong dalam beberapa bagian. Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena proses fermentasi tetap berjalan. Adonan yang sudah digulung dimasukkan kedalam cetakan dengan cara bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya, adonan diistirahatkan dalam cetakan sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran. Proses ini dilakukan agar roti mengembang, sehingga hasil akhir roti diperoleh dengan bentuk dan mutu yang baik (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Pemanggangan 

 Tahap terakhir yaitu pemanggangan. Roti dipanggang dalam oven pada suhu kira-kira 205°C. Suhu pemanggangan roti kecil sekitar 220-230°C selama 14-18 menit. Sebelum pemanggangan selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 23 menit. Untuk roti lainnya, pembakaran dengan suhu oven 220-230°C, kemudian menurun hingga 200°C selama 5-10 menit dan sebelum selesai, pintu oven dibuka

sedikit (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Setelah fermentasi cukup, adonan dimasukkan kedalam oven dan dibakar sampai kulit atas roti biasanya berwarna coklat, bahkan ada yang sedikit gosong. Mikroglobule menggelembung karena gas CO2 mengembang oleh suhu oven yang tertinggi dan dinding glutein difiksasi mempertahankan volume globula tersebut, sehingga konsistensi roti seperti spons yang lunak dan empuk (Sediaoetama, 1993).

 Perusakan zat gizi dalam bahan makanan yang dipanggang (umumnya roti dan kue) terutama berkaitan dnegan suhu oven dan lamanya pemanggangan serta pH adonan. Nampaknya taka ada susut vitamin yang berarti dalam tahap pencampuran, fermentasi, dan pencetakan. Bahkan kadar beberapa vitamin dapat meningkat sedikit selama fermentasi, yaitu vitamin yang disintesa oleh sel khamir (Harris dan Karmas, 1989).

 

BAB III.

METODE PRAKTIKUM

 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di laboratorium pengolahan teknologi hasil pertanian. Fakultas teknologi petanian. Universitas papua. Manokwari – papua barat. Praktikun di lakukan pada hari atau tanggal; rabu, 11 april 2019. Jam 7.30 – 10.00 (selesai).

Alat dan Bahan

Dari praktikum yang dilukakan, peralatan yang digunakan yaitu; timbangan, mixer, oven, wada pengadonan, wadah fermentasi, mistar, mangkok, buret, kertas PH, gelas ukur, dan penetrometer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah; tepung terigu cakra kembar 250 gr, tepung terigu segi tiga biru 250 gr, margarine 40 gr, gula 50 gr, susu skim 10 gr, air 120 Ml, ragi roti 6,25 gr, beras, aquades, telur 25 gr dan garam 3,75 gr.

Cara kerja

Pada praktikum ini cara kerja yang digunakan adalah; 

A. Pembuatan Roti
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang bahan (Tepung 250 gr, margarine 40 gr, gula 50 gr, susu skim 10 gr, garam 3,75 gr, ragi, 6,25 gr, telur 25 gr, dan air 125 ML). hasil  timbangan bahan kemudian di campur lalu di aduk menggunakan mixer.
3.  hasil adukan di buat adonan
4. Pembagian adonan dengan perlakuan waktu (30,45 dan 60 menit
5. Pembuangan gas ( ditekan perlahan)
6. Fermentasi masing masing perlakuan
7. Diprofing 15 menit - mengembang
8. Pengecilan ukuran dan pemanganan
9. Produk roti
10. Analisis kehilangan berat, derajat pengembangan selamah pemanganan, warna dan tekstur setelah pemanganan.
B. analisis karakteristik roti
 1. Roti dan 2 jenis tepung  ( segi tiga biru & cakra kembar)
2. pada 2 jenis tepung dilakukan analisis dengan pengukuran kadar gluten, pengukuran daya serap dan yang terakhir pengukuran Ph.
3. sedangkan pada produk roti yang dihasilkan pengukuran terhadap kehilangan kehilangan berat selamah fermentasi, ukur volume pengembangan dan yang terakhir ukur teksttur dari roti.







                                                                                                                                             


pengukuran PH

Variabel Pengamatan

variabel yang dapat diamati dalam praktikum ini adalah, warna,tekstur, kehilangan berat selamah fermentasi, volume pengembangan pada roti. serta karakteristik dari jenis tepung cakra kembar dan segitiga biru.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari praktikum yang dilakukan ini hasil yang didapat diperoleh adalah dapat dilhat pada tabel 1 dan 2 berikut ;

Tabel 1. Hasil pengamatan karakteristik produk roti

Perlakuan

Parameter

Tepung

waktu

Warna

Tekstur

Kehilangan berat selamah fermentasi

Vol. pengembangan

a.    Cakra kembar

 

30 menit

Coklat mudah

252

3,42 %

48,97 %

45 menit

Coklat

300

79,26 %

85,36 %

60 meni t

Coklat tua

249

84,92 %

194,4 %

b.Segi tiga biru

30 menit

Kuning kecoklatan

245

0,52 %

45 %

45 menit

Coklat

243

0,94 %

35,48 %

60 menit

Coklat kekunimgaan

244

1,73 %

98,50 %

 

Tabel 2. Hasil pengamatan karakteristik tepung

Jenis Tepung

Kadar Gluten

PH

Daya serap air (%)

Basa

Kering

 

 

Cakra kembar

2,6809 gr

0,8935 gr

5

5,27 %

Segitiga biru

2,9092 gr

1,0135 gr

5

5,016 %

 

 

 

 

Pembahasan

Dari praktikum yang dilakukan ini dapat dikatakan menurut (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).   bahwa roti adalah salah satu produk pangan berbahan dasar tepung terigu yang di fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan cara dipanggang.

Pada prinsipnya, ada beberapa tahapan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu berdasarkan teori Menurut Koswara (2009); terdiri dari pencampuran (mixing), peragian, pembentukan, dan pemanggangan yang selanjutnya dilakukan analisis sifat fisik dan kimia.

Setelah menghasilkan roti manis dari praktium ini dapat dilakukan analisi baik karakteristik hasil pembuatan  roti maupun karakteristik tepung yang digunakan seperti tepung cakra kembar dan segi tiga biru.

Dari karakteristik roti yang diamati antara lain; warna, tekstur, kehilangan berat selamah fermentasi dan volume pengembangan yang dihasilkan. Berdasarkan data hasil pengamatan yang dperoleh pada tabel hasil pengamatan yaitu;

Warna

Dari roti yang dihasilkan untuk jenis tepung cakra kembar menghasilan warna pada waktu pemanganan 30 menit yaitu coklat mudah, 45 menit coklat, dan 60 menit menghasilkan warna coklat tua. Begitupun dengan roti dari jenis tepung segi tiga biru mula – mula memiliki warna kuning kecoklatan pada waktu 30 menit, coklat pada 45 menit, dan 60 menit menghasilkan warna coklat kekuningan. Warna kuning dan coklat pada roti dari kedua jenis tepung ini diperkirakan karena faktor jenis tepung yang berbeda dan  karamelisasi gula dan reaksi maillard pada waktu pemanganan. (Mudjajanto dan Yulianti, 2004)

Namun dari hasil ini dapat dituliskan bahwa roti yang baik adalah roti yang dipanggang dengan waktu selamah 30 menit karena pada waktu 45 dan 60 menit, warna pada roti akan  kurang disukai karena terlalu gosong atau hangus disaat lamanya pemanganan. (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Tekstur

Dari hasil pengamatan tekstur, secara logika tekstur pada roti yang dihasilkan akan memiliki tekstur lebih lembut pada waktu pemanganan 30 menit. Namun dalam pengukururan menggunakan penetrometer dapat dilihat bahwa tektur yang paling lembut adalah pemanganan pada waktu 45 menit dengan jenis tepung cakra kembar. Hal ini disebabkan karena Mikroglobule menggelembung karena gas CO2 mengembang oleh suhu oven yang tertinggi dan dinding glutein difiksasi mempertahankan volume globula tersebut, sehingga konsistensi roti seperti spons yang lunak dan empuk (Sediaoetama, 1993).

Sedangkan sesuai hasil pengamatan,  tekstur pada kedua jenis tepung yang digunakan mula – mula teksturnya akan semakin keras saat perbedaan waktu pemanganan yang meningkat.


Kehilangan berat dan volume pengembangan

Sesuai tabel hasil pengamatan dapat dituliskan bahwa; jika adonan  kehilangan berat terlalu tinggi maka volume pengembanganpun akan meningkat juga. Hal ini disebabkan Pada saat pemberian ragi dan pementukan adonan, gas yang ada di dalam adonan keluar dan adonan akan mencapai ketebalan volume pengembangan saat pembentukan, (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Kadar gluten basa dan kering pada tepung cakra kembar dan segitiga biru berperan sifat daya mengikat pada bahan tambahan yang di tambahkan, Tepung mengandung protein dan sebagian besar protein akan mengambil bentuk yang disebut gluten bila protein itu dibahasi, diaduk-aduk, ditarik, dan diremas. Tujuan peragian (fermentasi) adonan adalah untuk pematangan adonan sehingga mudah ditangani dan menghasilkan produk bermutu baik, serta berperan dalam pembentukan cita rasa roti. Pada tahap pembentukan secara berurutan adonan dibagi dan dibulatkan, diistirahatkan, dibentuk, dimasukkan kedalam loyang dan fermentasi akhir sebelum dipanggang. Sedangkan pada proses pemanggangan dilakukan pada suhu sekitar 180°C yang pada akhir pembakaran terjadi pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust terjadi sebagai hasil reaksi Maillard dan karamelisasi gula.( Koswara. 2009).

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat dibuat kesimpulan bahwa; roti adalah salah satu produk pangan berbahan dasar tepung terigu yang di fermentasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan cara dipanggang.

Karakteristik dari tepung cakra kembar yaitu; memiliki Kadar gluten basa : 2.6809 gr, gluten kering : 0,8935 gr dengan daya serap sebesar 5,27 %. Sedangkan untuk tepung jenis segitiga biru memiliki kadar gluten basa : 2.9092 gr, gluten kering 1,0135 gr dengan kadar daya serap air sebesar 5,016 %. Kedua jenis tepung ini memiliki PH yang sama yaitu; PH 5.

Kedua jenis tepung ini dapat mempengaruhi produk akhir dari pemanganan roti, pengaruh yang dapat bisa dilihat yaitu pada  perubahan warna dimana pada roti dari tepung cakra kembar memiliki warna coklat, namun pada jenis tepung segitiga biru memiliki warna roti agak kuning kecoklatan. Warna pada produk  roti akan semakin kecoklatan ketika waktu pemanganan meningkat. Teksturpun akan semakin keras jika waktu pemanganan berada diatas dari 30 menit.

Saran

Dari praktikum ini praktikan dapat menyarankan agar materi kulia dan praktikum dapat dijalankan secara bersamaan Saat pertengaan semester

 

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Elan Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung. 

Ø  F.G. Winarno, dkk., 1980, Pengantar Teknologi Pangan, Gramedia, jakarta 

Ø  Hartman, T.H., and D.E Kester, 1968, Plant Propagation, Prentice hall Inc., Englewood Cleffs, New Jersey. 

Ø  Pusat Pendidikan dan Latihan Pertanian, badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian, 1975, Lembaran Petunjuk Latihan Teknologi Makanan, Pendidikan Guru Pertanian, PGP-Kejuruan Teknologi Makanan, Yogyakarta. 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama